Jakarta –
Untuk ke sekian kalinya kita kehilangan tokoh bangsa. Tokoh yang sangat diakui reputasinya. Nasional dan internasional. Beliau adalah KH A Hasyim Muzadi. Wafat pada hari Kamis (16/3) pagi, setelah beberapa hari kesehatannya terus menurun.
Sempat dirawat di RS Lavalette Malang. Keluar dan masuk. Sehari sebelum kepergiannya, Presiden Joko Widodo sempat mengunjunginya di rumah sakit.
Banyak yang almarhum wariskan untuk bangsa Indonesia, khususnya warga NU. Perjalanan hidupnya adalah perjalanan pengabdian yang panjang untuk NU dan bangsa Indonesia. Pembawaannya yang lembut membuat orang senang dengan kehadirannya.
Caranya memilih kata dalam bertutur, adalah isyarat tingginya ilmu manthiq almarhum. Ia gampang diterima di forum apa saja karena kesederhanaannya dan kurang suka formalitas. Beberapa anak ideologisnya, kader-kader di Banom NU, memanggilnya Abah.
Penulis beruntung sempat dapat bergaul agak intens dengan almarhum. Terutama sejak Pak Hasyim memimpin PWNU Jawa Timur. Saat itu, Gus Dur menjadi Ketua Umum PBNU. Dalam serangkaian kunjungan Gus Dur ke wilayah Jawa Timur, Penulis kerap diajak menemani Gus Dur.
Selama lawatan di daerah lumbung NU itu, Gus Dur sering ditemani Pak Hasyim. Saya sering menyertai perjalanan mereka di Jawa Timur. Sejak itulah pergaulan dan pertemuan penulis dengan almarhum semakin sering terjadi.
Selain Gus Dur, Pak Hasyim adalah tokoh lain yang dilahirkan NU dengan kemahiran mampu “hidup” di banyak tempat yang berbeda. Selain dikenal karena gemar berorganisasi, Pak Hasyim juga andal dalam berpolitik.
Organisasi kemasyarakatan pemuda, organisasi masyarakat dan keagamaan serta organisasi politik, semua pernah diselami. Almarhum pernah duduk sebagai anggota DPRD Malang dari Fraksi PPP.
Dari sekian catatan perjalanan Pak Hasyim dan sumbangsihnya untuk NU, Islam, dan bangsa, ada hal-hal yang bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita.
Pertama, almarhum adalah tokoh NU yang sangat besar perhatiannya pada upaya-upaya memberdayakan rakyat bawah. Setiap program kerja organisasi, baru almarhum anggap benar dan baik jika ujungnya adalah memberdayakan kelompok masyarakat kecil.
Kedua, keterlibatannya baik tindakan atau pun pemikiran, konsep atau pun dalam praksis, dalam menjaga keutuhan NKRI. Komitmennya yang demikian tinggi dalam menjaga keutuhan NKRI, dibuktikan dengan kehadirannya dalam isu-isu terkait “The Integrated Indonesia”.
Di forum-forum formal maupun nonformal, di mana dibicarakan tentang pentingnya Indonesia yang utuh, Pak Hasyim selalu menunjukkan perannya. Terkait ini, banyak tokoh akan merindukan perhatian, pemikiran, dan kehadirannya, ketika persatuan dan kesatuan bangsa lagi dipertaruhkan.
Ketiga, adalah kegigihan dan keseriusannya mengambil bagian dalam menciptakan perdamaian dunia. Kedudukannya sebagai Ketua Umum PBNU telah mengantarkan Pak Hasyim memimpin beberapa forum dunia untuk perdamaian.
Contohnya adalah World Conference on Religion for Peace (WCRP). Atau Islamic Conference for International Scholars (ICIS). Di organisasi ini, Pak Hasyim duduk sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) dan sebagai Presiden di WCRP. Karena perannya di forum dan organisasi kelas dunia itu, Pak Hasyim sering hadir di daerah-daerah konflik.
Karena reputasinya itu, Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri tak berpikir dua kali ketika rekannya, PM Thailand Thaksin Sinawatra, meminta bantuan. Kepada Thaksin, Ibu Mega menyebutkan nama Pak Hasyim. Bersama Menlu Hassan Wirajuda, Pak Hasyim hadir ikut mendamaikan beberapa daerah yang berkonflik di Thailand. Itu hanya salah satu contoh daerah berkonflik, di mana Pak Hasyim hadir, yang gampang kita sebutkan.
Demikian sekelumit pelajaran dan pesan yang dapat Penulis catat dalam kesempatan ini. Semoga kita dapat meneladani beliau, paling kurang dalam tiga hal tersebut.
Dalam memberdayakan masyarakat bawah, bermujahadah menjaga dan mempertahankan NKRI, serta selalu berkontribusi untuk kedamaian dan perdamaian dunia. Selamat jalan, Pak Hasyim.
H Saifullah Yusuf, Ketua PBNU dan Wakil Gubernur Jawa Timur
(adv/adv)
Sumber: https://news.detik.com/kolom/d-3524492/mengenang-pak-hasyim?_ga=2.54162152.197352117.1496935829-1710497366.1431869215